Pagi yang cerah
menghampiri ku dan sepedaku yang siap berangkat menuju rumah Aliya. Kami akan
berangkat menuju rumah salah satu rumah guru kami yang tak jauh dari rumah kami
masing-masing.
“Assalamualaikummm..
Aliya,” Pagi itu aku nyamperin Aliya untuk ikut bareng denganku berangkat ke
rumah guruku.
“Waalaikum Salam..
Eh Syifa, udah datang! Masuk dulu sini. Aku belum mandi. Sebentar ya.. duduk
aja dulu.” Sautan dari dalam rumah.
“Iya, makasih.”
Jawab ku.
Tak lama kemudian
setelah Aliya selesai mandi, kami pun langsung berangkat ke Rumah guru kami.
Kami kesana hanya ingin berkunjung. Kami sudah sering berkunjung kesana. Karena
memang rumahnya tak jauh-jauh amat dari rumah kami.
Kami kesana dengan 1
sepeda karena sepeda Aliya sedang diperbaiki. Sepanjang jalan, kami berharap
supaya guru kami ada di rumahnya karena kita tidak janjian dengannya terlebih
dahulu. Oh ya, aku lupa memberi tahu nama guru itu. Namanya adalah Pak Rijal
dan keluarga. Dia baru saja pindah dari rumahnya yang di Kampung Bulu.
Ketika sampai di
rumah guru kami, kami tak melihat ada seseorang di dalam rumah yang mungil itu.
Kelihatnnya, rumah itu sedang tidak ada penghuninya. Mungkin, Pak Rijal sedang
pergi.
“Assalamualaikum.. Pak
Rijal..” Salam kami memberi tahu jika kami berkunjung kerumahnya.
“Assalamualaikum
Pakkk... Pak Rijal.. Assalamualaikum..”
Berulang-ulang kami
memberi salam tetapi tak ada yang menyahut dari dalam. Tak lama kemudian
tiba-tiba datang seorang ibu berkerudung panjang yang sedang menyuapi anaknya
makan.
“Nyari siapa dek?
Pak Rijal? Pak Rijalnya gak ada! Ini dari siapa ya?” Tanya ibu tadi.
“Ohh.. Kita muridnya
Pak Rijal. Kira-kira Pak Rijalnya kemana ya bu?”Jawab Aliya.
“Saya kurang tahu.
Yang jelas tadi sepertinya Pak Rijal pergi bersama istrinya naik motor.” Jawab
ibu tadi.
“Ohh.. Yasudah,
makasih ya bu..”
Kami pun langsung
duduk di sebuah pos yang ada di sebrang rumah Pak Rijal. Kami jadi menyesal
karena kami tak janjian terlebih dahulu. Jadi, kamipun harus menunggu lebih
lama atau pulang terlebih dahulu. Padahal, aku sudah sangat bersemangat untuk
berkunjung ke rumahnya. Tetapi, karena aku tidak janjian, jadi aku tidak bisa
berkunjung deh.
Selesai kami
beristirahat, kami pun melanjutkan dengan jalan-jalan keliling Papan Indah.
Kami pun memutuskan untuk pergi ke rumah teman kami yang kebetulan dekat dengan
rumah Pak Rijal. Dia adalah Aldi. Dia baru sekitar beberapa bulan tinggal di
Papan Indah. Sebelumnya, dia tinggal di Kampung Legon dekat sekolah kami di
Baitul Halim
Disana kami tak
berlama-lama di rumahnya, kami hanya melewati rumahnya, hanya untuk sekedar
berjalan-jalan untuk menunggu kedatangan Pak Rijal. Setelah kami menuju rumah
Aldi, kami lanjut pergi ke rumah Pak Rijal kembali. Belum terlihat ada tanda-tanda
ada seorang pun didalam rumah itu. Akhirnya, kami pun melanjutkan
berjalan-jalan ke sebuah jalanan Disana, kami berhenti sejenak untuk menikmati
pemandangan dan membuang sampah.
Saat itu, kami
melihat kawanan Sapi yang seperti menyerang. Kami yang sedang berdiam diri pun
terkaget-kaget melihat sekawanan Sapi tersebut. Aku pun langsung pergi menuju
sepedaku dan ingin membelokkan sepedaku, tetapi, sangat sulit karena saat itu,
keadaan aku yang sedang panik.
Karena terlalu lama
berusaha untuk membelokkan sepeda, Aliya pun pergi dan aku Meninggalkan sepeda
itu didekat tong sampah. Aku dan Aliya berlari ke sebuah warung dan langsung
masuk ke dalam warung tersebut tanpa permisi.
Dari kejauhan aku
melihat sepedaku. Aku sangat takut jika sepeda itu akan dimakan oleh kawanan
sapi itu. Tetapi, ada seorang kakek-kakek yang telah mengusir sapi-sapi itu.
Sepertinya, kakek-kakek itu ingin mengambil sepedaku. Tetapi, aku langsung
menghanpiri kakek-kakek itu. Aku dan Aliya sangat berterima kasih kepada kakek-kakek
itu dan kakaek-kakek itu langsung pergi. Aku pun melanjutkan jalanku berain
bersama Aliya.Itu sungguh perjalananku yang sangat aneh. Aku gak mau lagi
dekat-dekat dengan kawanan sapi.
JLJLJLJLJLJLJLJ
By : Yuli Eri Susanti